Pendahuluan
Mempelajari mengenai geologi Indonesia dan kaitannya dengan geomorfologi Kepulauan Indonesia, garis besar geomorfologi Kepulauan Indonesia,analisis geomorfologi untuk identifikasi masalah lingkungan fisikal dan pengembangan wilayah Indonesia.
Wilayah Indonesia terletak pada daerah tropis dan merupakan kesatuan wilayah laut yang ditebari pulau-pulau atau kepulauan. Jarak terjauh Barat – Timur 5.110 Km. dan jarak terjauh Utara – Selatan 1.118 Km. ini berarti panjang kepulauan Indonesia menduduki + 1/8 equator.
Secara geotektonik Kepulauan Indonesia terletak pada pertemuan tiga Lempeng Benua yaitu antara pertemuan Lempeng Australia, Lempeng Pasifik dan Lempeng Eurasia. Pada daerah pertemuan ketiga Lempeng Benua inilah muncul jalur Mediterania, jalur pasifik (sircum pasifik) dan jalur Australia. Ketiga jalur ini bersifat vulkanis seismis, oleh karena itu Kepulauan Indonesia memiliki sifat vulkanis dan sifat seismis. Sebagai akibat kondisi tersebut maka Kepulauan Indonesia memiliki keadaan geologis yang komplek oleh kondisi iklim yang basah, menyebabkan variasi geomorfik termasuk jenis tanah yang ada di Kepulauan Indonesia bervariasi.
Luas daratan wilayah Indonesia 1.919.443 Km2 berupa pulau-pulau, kondisi ini akan memperkuat keberadaan Group Etnik sehingga memperkaya budaya bangsa. Berdasarkan sensus bulan Juni 2000 jumlah penduduk Indonesia 203,46 juta jiwa, jumlah penduduk sebesar itu tersebar pada 992 pulau dan kurang lebih 120 juta orang berada di Pulau Jawa. Karena sebagian besar penduduk Indonesia masih bersifat agraris maka sudah barang tentu sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan fisiografisnya.
Geomorfologi Jawa
Menurut Van Bemmelen, secara fisiografis Pulau Jawa dapat dibagi ke
dalam 7 kondisi geomorfik berikut :
1. Vulkan-vulkan berusia kuarter (Volcanoes-volcanoes)
2. Dataran Alluvial Jawa Utara (Alluvial plains nothern Java)
3. Antiklinorium Rembang – Madura (Rembang – Madura Anticlinorium)
4. Antiklinorium Bogor, Serayu Utara dan Antiklinorium Kendeng (Bogor, North
– Serayu, and Kendeng – Anticlinorium)
5. Dome dan Igir di Zona Depresi Sentral (Dome and ridges in the central
depretion zone)
6. Zona Depresi Sentral Jawa dan Zone Randublatung (Central depression zone of
java, and Randublatung zona)
7. Pegunungan Selatan (Southern Mountains)
Kondisi fisiografis Jawa, dari Selatan ke Utara dapat diuraikan sebagai
berikut :
❖ Pengunungan Selatan (Southern Mountains)
Pegunungan selatan sebagai hasil pelipatan pada Maosen dan berlanjut kearah Timur yaitu ke Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur (Umbgrove,1949, 41).
Pegunungan selatan Jawa merupakan pegunungan kapur dengan gejala karet dan dibeberapa tempat bagian bawah dari formasi kapur ini didasari oleh endapan vulkanik andesit tua seperti dapat dilihat di Batur Angung (Formasi Nglanggran) dan di Merawan. Pegunungan Selatan Jawa memanjang arah Barat-Timur yang dimulai dari bagian Timur Teluk Tjiletuh di Jawa Barat sampai ke bagian Barat Segara Anakan. Dari Segara Anakan sampai ke Parangtritis, Zona Selatan (Pegunungan Selatan) mengalami penenggelaman dengan sisa-sisa dibeberapa tempat yang masih berada di beberapa di atas permukaan air laut yaitu di Pulau Nusakambangan dan Karangbolong. Pada bagian yang mengalami penenggelaman ini untuk Jawa Tengah terisi oleh endapan-endapan yang berasal dari pengunungan Serayu Selatan.Di bagian Jawa Timur, pegunungan ini dimulai dari parangtritis sampai ke Blambangan. Nusa Barung adalah bagian pegunungan Selatan yang berada diatas permukaan laut, sedangkan di Utara Nusa Barung yaitu dari Pasisiran sampai ke Puger pegunungan Selatan tertutup oleh endapan yang berasal dari Komplek Ijang.
❖ Dome dan Igir-igir di Zona Depresi Sentral (Dome and ridges in the central
Depression Zone)
Daerah ini berupa pegunungan. Di Jawa Barat adalah pegunungan Bajah yang memanjang dari Ujung Kulon sampai di Selatan Sukabumi. Bagian tepi Selatan Pegunungan Bajah ini menyentuh Laut. Di Jawa Tengah, berupa pegunungan Serayu Selatan yang memanjang dari Majenang sampai ke pegunungan Kulonprogo.
❖ Zone Depresi Jawa Bagian Tengah
Di Jawa Barat zona ini diduduki oleh vulkan-vulkan dalam posisi melingkar (G.Patuhi, G. Tilu, G. Malabar, G. Mandalawangi, G. Talangabodas, G. Bukittunggal, G. Burangrang dan G. Tangkuban Perahu). Di Jawa Tengah vulkan-vulkannya posisi yang lurus mengarah Barat Timur.
Sedangkan untuk daerah Jawa Timur di duduki oleh deretan kompleks vulkan seperti kompleks Lamongan, Kompleks Tengger-Semere, Komplek Ijang dan Komplek Ijen. Kalau dilihat secara keseluruhan maka deretan vulkan ini mengarah Barat-Timur dengan posisi agak ke Selatan apabila dibandingkan dengan deretan di bagian Baratnya (Jawa Tengah). Pada batas Jawa Tengah dan Jawa Timur terdapat vulkan yang mengarah Utara – Selatan yaitu vulkan Merapi dan Merbabu. Vulkan-vulkan ini tumbuh pada pertemuan sesaran antar Zone Ngawi-Kendeng Rodge dengan sesaran perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Di Jawa Barat Zona Bogor ini di antaranya diduduki oleh Tambakan Ridges. Sedangkan untuk Jawa Tengah antiklinorium ini berupa pegunungan Serayu Utara yang membentang dari sebelah Utara Bumiayu sampai ke Barat Ambarawa. Di Jawa Timur adalah pegunungunan Kendeng yang membentangi dari sebelah Timur Ambarawa sampai ke sebelah Barat Wonokromo.
❖ Daratan Alluvial Jawa Utara (Alluvial Palin of Northern Java)
Tidak semua pantai Utara Jawa berupa dataran Alluvial, di Jawa Barat dataran Alluvial ini (Dataran pantai Jakarta) membentang dari sekitar Teluk Bantam sampai ke Cirebon. Sedangkan untuk Jawa Tengah relatif lebih sempit dibanding dengan dataran Alluvial Jawa Barat bagian Utara. Dataran alluvial di Jawa Tengah membentang dari Timur Cirebon sampai ke Pekalongan. Kemudian dimulai lagi dari sekitar Kendal sampai Semarang dan dari Semarang dataran alluvial ini melebar sampai di daerah sekitar Gunung Muria. Di Jawa Timur Bagian Utara tidak diduduki oleh dataran alluvial melainkan oleh perbukitan yang memanjang dari Barat Purwodadi sampai ke Utara Gresik (Antiklinorium Rembang). Antiklinorium ini berlanjut ke Madura, yang terpisahkan oleh Selat Madura. Di Jawa Timur Dataran Alluvial yang relatif agak luas terdapat segitiga Jombang - Wonokromo – Bangil dan diantaranya Bojonegoro – Surabaya berbentuk memanjang.
Geomorfologi Sumatera
Pulau Sumatra memanjang dari Barat – Laut ke tenggara dengan panjang 1.650 Km dari UleLhee sampai Tanjung Cina (Djodjo dkk, 1985, 41) lebar pulaudibagian Utara berkisar 100 – 200 Km dibagian Selatan mencapai 350 Km. Secara garis besar topografi Pegunungan Sumatra dapat dibagi kedalam tiga bagian yang menjalur dari Barat Laut – Tenggara sebagai berikut :
A. Bagian Barat,
daerah ini berupa dataran memanjang sepanjang pantai yang secara tidak menentu terpotong oleh igir-igir yang menyentuh pantai. Dataran pantai memiliki lebar yang di berbagai tempat tidak sama. Dataran pantai yang lebar hanya terdapat di beberapa tempat di antaranya di Meolaboh dan Singkil di Sumatra Utara.
B. Bagian Tengah,
bagian ini merupakan jalur vulkanis (Inner Arc) yang menduduki bagian tengah Pulau Sumatra dengan posisi agak ke Barat. Jalur ini dikenal denan sebutan Bukit Barisan. Bukit barisan ini memiliki lebar yang tidak sama. Bukit Barisan (Zone Barisan) mengalami peristiwa-peristiwa geologis yang berulang-ulang dan kenampakan sekarang adalah sebagai hasil fenomena geologis yang terjadi pada Plio – Pleistocene. Berdasarkan fenomenapada Plio – Pleistocene maka zone Barisan dapat diuraikan menjadi tiga yaitu Zona Barisan Selatan, Zone Barisan Tengah dan Zona Barisan Utara (Van Bemmelen, 1949, 678).
1. Zona Barisan Sumatra Selatan dibagi menjadi tiga unit blok sesaran yaitu :
a. Blok Bengkulu (The Bengkulu Block) Pada Bagian Barat membentuk monoklinal dengan kemiringan 5 – 10 derajat ke arah Laut India (Indian Ocean) dan tepi Timur Laut berupa bidang patahan. Batas Timur Laut Blok Bengkulu adalah Semangko Graben, Ujung Selatan Semangko Graben berupa Teluk Semangko di Selat Sunda.Sedangkan panjang Graben Semangko yang membentang dari Danau Ranau – Kota Agung di Teluk Semangko adalah 45 Km dan lebarnya 10 Km.
b. Blok Semangko (Semangko Central Blok) Terletak diantara Zone Semangko Sesaran Lampung (Lampung Fault). Bagian Selatan dari blok Semangko terbagi menjadi bentang alam menjadi seperti pegunungan Semangko, Depresi Ulehbeluh dan Walima, Horst Ratai dan Depresi Telukbetung. Sedangkan bagian Utara Blok Semangko (Central Block) berbentuk seperti Dome (diameter + 40 Km).
c. Blok Sekampung (The The Sekampung Blok) Blok Sekampung merupakan sayap Timur Laut Bukit Barisan di sumatra Selatan. Blok ini merupakan Pasang Blok Bengkulu. Kalau dilihat secara keseluruhan makan Zone Barisan bagian Selatan (di daerah Lampung) memperlihatkan sebagai geantiklin yang besar di mana Bengkulu Block sebagai sayap Barat Daya, lebar 30 Km kemudian Sekampung Blok sebagai sayap Timur Laut, lebar 35 Km dan puncak geantiklinnya adalah central block (Blok Semangko) dengan lebar 75 Km.
2. Zone Barisan Sumatra Tengah Zona Barisan di daerah Padang memiliki lebar 140 Km dan bagian tersempit selebar 60 Km yaitu di Padang Sidempuan. Blok Bengkulu (the bengkulu Block) dapat ditelusuri sampai ke Padang sebagai pembentuk sayap Barat Daya bukit Barisan (Zone Barisan). Di Utara Padang, sayap Bukit Barisan Barat Daya di duduki oleh Danau Maninjau ( a volcano tectonic trought), Gunung Talakmau dan Gunung Sorikmarapi. Zone Semangko membenteng dari Danau Kerinci sampai ke Danau Singkarak. Zone ini oleh Tobler disebut Schicfer Barisan (Van Bemmelen, 1949, 667) membentang memanjang searah dengan Sistem Barisan baik di sumatra Tengah maupun Sumatra Selatan. Sayap Timur Laut yang terletak di Utara Danau Singkarak ke Tenggara. Di sebelah Utara Danau Singkarak sampai ke Rau berstruktur Horst dan Graben dengan posisi memanjang.
3. Zona Barisan Sumatra Utara dibagi menjadi dua unit yang berbeda (Van Bemmelen, 1949, 687) yaitu Tumor Batak dan pegunungan di Aceh.
a. Tumor Batak (The Batak Culmination with the Lake Toba) Tumor Batak, panjang 275 Km dan lebar 150 Km. puncak tertinggi Gunung Sibuatan 2.457 m di bagian Barat Laut Toba, Gunung Pangulubao 2151terletak di bagian Timur Toba. Di bagian Tenggara adalah G. Surungan 2.173 m dan dibagian barat adalah Gunung Uludarat 2.157 m.
b. Pegunungan di Aceh Van Bemmelen menyebutkan bahwa pegunungan Barisan di Aceh belum banyak disingkap sehingga pembicaraan mengenai pengaruh penggangkatan pada plio-pleistocene terhadapsistem Barisan di Aceh sangat sedikit.Bagian utara Zone Barisan dimulai dengan pegunungan di Aceh yang searah dengan Lembah Krueng Aceh. Jalur ini terus menyambung kearah Tenggara ke pegunungan Pusat Gayo dengan beberapa puncak seperti Gunung Mas 1.762m, Gunung Bateekebeue 2.840 m, Gunung Geureudong 2.590 m, Gunung Tangga 2,500 m, Gunung Abongabong 2.985 m, G. Anu 2.750 m, Gunung Leiser 3.145 m, untuk G. Leuser letaknya agak ke Barat bila dibanding dengan posisi gunung lainnya.
Dari uraian Zone Barisan maka terdapat satu keistimewaan di mana pada bagian puncak Zone Barisan terdapat suatu depresi yang memanjang dari Tenggara ke Barat Laut. Depresi ini di beberapa tempat terganggu oleh lahirnya kenampakan baru sebagai hasil peristiwa tekto-vulkanik naupun erupsi vulkan.
C. Bagian Timur
Bagian Timur Pulau Sumatra sebagian besar berupa hutan rawa dan merupakan dataran rendah yang sangat luas. Dataran rendah ini menurut Dobby merupakan dataran terpanjang yang tertutup rawa di daerah tropik di Asia Tenggara (Djodjo dkk, 1985, 42). Bagian Timur Sumatra selalu mengalami perluasan sebagai hasil pengendapan
material yang terbawa oleh aliran sungai dari sayap Timur Zone Barisan.
Di bagian arah Barat Pulau Sumatra (di Samudera India) terdapat deretan pulau-pulau yang bersifat non vulkanik. Rangkaian pulau-pulau ini merupakan outerarc. Posisi pulau-pulau memanjang arah Barat Laut – Tenggara. Di bagian Timur Pulau Sumatra terdapat Kepulauan Riau, bangka, Belitung, Lingga, Singkep.
Geomorfologi Kalimantan
Kalimantan adalah nama bagian wilayah Indonesia di Pulau Borneo Besar; yaitu pulau terbesar ketiga di dunia setelah Greenland dan Seluruh Pulau Irian. Kalimantan meliputi 73 % massa daratan Borneo. Terdapat empat propinsi di Kalimantan, yaitu Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur, luas seluruhnya mencapai 549.032 km2. Luasan ini merupakan 28 % seluruh daratan Indonesia. Kalimantan Timur saja merupakan 10% dari wilayah Indonesia. Bagian utara Pulau Borneo meliputi negara bagian Malaysia yaitu Serawak dan Sabah, dan Kesultanan Brunei Darusallam. Batasan wilayah secara politik yang ada sekarang ini mencerminkan kepentingan penjajah masa lampau.
Secara geografis pulau Kalimantan (Indonesia), terletak diantara 40 24` LU – 40 10` LS dan anatara 1080 30` BT – 1190 00` BT dengan luas wilayah sekitar 535.834 km2. Berbatasan langsung dengan negara Malaysia (Sabah dan Serawak) di sebelah utara yang panjang perbatasannya mencapai 3000 km mulai dari proinsi Kalimantan Barat sampai dengan Kalimantan Timur.
Pulau Kalimantan sebagaian besar merupakan daerah pegunungan / perbukitan (39,69 %), daratan (35,08 %), dan sisanya dataran pantai/ pasang surut (11,73 %) dataran aluvial (12,47 %), dan lain–lain (0,93 %). Pada umumnya topografi bagian tengah dan utara (wilayah republik Indonesia/RI) adalah daerah pegunungan tinggi dengan kelerengan yang terjal dan merupakan kawasan hutan dan hutan lindung yang harus dipertahankan agar dapat berperan sebagai fungsi cadangan air dimasa yang akan datang.
Pegunungan utama sebagai kesatuan ekologis tersebut adalah Pegunungan Muller, Schwaner, Pegunungan Iban dan Kapuas Hulu serta dibagian selatan Pegunungan Meratus. Para Ahli agronomi sepakat bahwa tanah-tanah di Kalimantan adalah tanah yang sangat miskin, sangat rentan dan sangat sukar dikembangkan untuk pertanian. Lahan daratan memerlukan konservasi yang sangat luas karena terdiri dari lahan rawa gambut, lahan bertanah asam, berpasir, dan lahan yang memiliki kelerengan curam. Kalimantan dapat dikembangkan, tetapi hanya dalam batas-batas ekologis yang agak ketat dan dengan kewaspadaan tinggi.
Sejumlah sungai besar merupakan urat nadi transportasi utama yang menjalarkan kegiatan perdagangan hasil sumber daya alam dan olahan antar wilayah dan eksport-import. Sungai-sungai di Kalimantan ini cukup panjang dan yang terpanjang adalah sungai Kapuas (1.143 km) di Kalbar dan dapat menjelajah 65 % wilayah Kalimantan Barat.
Potensi pertambangan banyak terdapat di pegunungan dan perbukitan di bagaian tengah dan hulu sungai. Deposit pertambangan yang cukup potensial adalah emas, mangan, bauksit, pasir kwarsa, fosfat, mika dan batubara. Tambang minyak dan gas alam cair terdapat di dataran rendah, pantai, dan lepas pantai.
Kegiatan perkebunan pada umumnya berada pada wilayah di perbukitan dataran rendah. Perkebunan yang potensi dan berkembang adalah : sawit, kelapa, karet, tebu dan perkebunan tanaman pangan. Usaha perkebunan ini sudah mulai berkembang banyak dan banyak investor mulai datang dari negara jiran, karena keterbatasan lahan di negara jiran tersebut. Untuk terus dikembangkan secara ekonomis dengan memanfaatkan lahan yang sesuai. Namun sekarang ini pengembangan perkebunan juga mengancam kawasan perbukitan dataran tinggi, namun diduga areal yang sebenarnya kurang cocok untuk perkebunan hanya sebagai dalih untuk melakukan eksploitasi kayu.(...Bersambung) [dari: berbagai sumber]
Kamis, 31 Maret 2011
Geomorfologi Indonesia
Diposting oleh
Pak Yus
di
19.08
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label:
fisik,
geomorfologi,
indonesia,
jawa,
kalimantan,
sumatera
3 komentar:
tanks pak. kunjungan balik ya, di http://ladang-kehidupan.blogspot.com salam persaudaraan.
So usefull... :)
ayoo pak pos lagiii
Posting Komentar